15 Februari 2011

BUKU BARU (3)


Botchan mungkin bukan "bocah" nakal. Dia hanya tumbuh dengan idealisme yang kuat mengakar. Hidup di bawah asuhan seorang ayah, yang menurutnya hanya memikirkan kepentingan kakak lelakinya, Botchan tidak hanya terbentuk menjadi sosok berkemauan keras, kepalanya juga keras. Seperti batu. Tapi dia menurut pada pengasuh masa kecilnya, Kiyo. Alasannya, tentu saja di mata Botchan, Kiyo lebih berpendirian. Sosok yang suatu hari disadarinya sebagai satu-satunya orang yang dia sayangi. Kendati bertugas sebagai tokoh sentral di tangan si penulis, Natsume Soseki, Botchan yang artinya tuan muda ini bukanlah gambaran figur manusia sempurna. Dia pemuda biasa yang hidup di zaman Edo. Meski berpaku pada logika, Botchan sedikit sensitif dan grasa grusu. Dia menjalani hidup dengan tingkat kecerdasan yang juga tidak di atas rata-rata. Lulus sekolah, Botchan ditawari pekerjaan menjadi guru matematika di Shikoku, pulau terkecil di Jepang dengan jumlah penduduk yang paling sedikit. Dia menerimanya, tanpa berpikir. Di Shikoku lah dia belajar berinteraksi dengan orang kebanyakan. Ternyata, tak mudah menjadi seorang guru muda di desa terpencil. Botchan tentu saja diremehkan, dianggap tidak sopan dan pemikirannya dinilai terlalu liar. Sehingga si guru baru ini perlu didisiplinkan. Botchan tidak hanya menerima pertentangan dari sejumlah guru, tetapi juga murid. Dia tak sungkan menegur murid dan berbicara blakblakan. Menurutnya, murid-murid itu tidak nakal. Kenakalan itu wajar sebagai bocah. Dia mengkritik, gurulah yang salah mendidik, membiarkan murid berbuat semau mereka tanpa filter. Akibatnya, di mata Botchan, murid-muridnya bagai segerombolan berandal kecil yang susah diatur dan tidak punya sopan santun. Sebaliknya, di mata guru dan murid-murid, Botchan tak ubahnya orang kota yang "udik" di desa. Setiap perbuatannya terendus para murid, juga guru. Entah saat dia mencari kedai mie, atau melakukan ritual mandi air hangat. Segala sesuatu yang wajar dibenaknya. Tapi polemik tidak hanya berasal dari murid. Dia menyadari guru-guru di sekolah tempatnya mengajar aneh. Dia pun berinisiatif memberi mereka julukan khusus. Botchan tidak bisa mengenali mana guru yang sebenar-benarnya baik, dan mana yang tidak. Perlahan dia belajar memahami karakter satu per satu manusia di sekelilingnya itu. Melalui pergaulan dan gosip-gosip yang beredar, Botchan berusaha menelanjangi serigala licik berburu domba. Dia pun sadar siapa yang ada di hadapannya, mulai dari pembohong, penjilat, penakut, pecundang, tukang adu domba dan penindas ulung. Juga kaki tangan yang tak ubahnya parasit, yang cuma menggemakan suara tuannya.
Botchan berontak!
Setting novel klasik Jepang pertama Soseki ini ditulis 1906 silam ini memang tidak lagi selaras dengan situasi Jepang zaman sekarang. Namun, novel ini diklaim sebagai cerita yang paling populer dan banyak dibaca di Jepang era modern.
Sebaliknya, di era apapun, kisah berumur seabad itu masih bisa kita temui. Botchan merupakan salah satu bukti ilmu itu ditularkan. Bila cara menularkannya tepat, hasilnya bisa jadi baik. Tapi bila menularkannya buruk, belum tentu hasilnya tidak baik.

15 Januari 2011

Tips Backpacker

Perjalanan, meski berlangsung dalam kelompok, merupakan peristiwa personal. Karena sifatnya yang personal, janganlah percaya begitu saja atau berpatokan penuh pada pengalaman orang lain saat Anda, misalnya, ingin melakukan perjalanan yang sama. Namun tidak ada salahnya mengetahui pengalaman orang lain, tetap ada hal yang bisa dipelajari dari kisah perjalanan orang lain.
Berikut ini adalah panduan dalam membuat rencana perjalanan berdasarkan pengalaman sejumah orang, antara lain Mark Moxon, petualang dan penulis hal-hal seputar traveling. Panduan ini khusus untuk independent traveler, orang-orang yang merancang sendiri perjalanan mereka.
Tentukan daerah tujuan. Ini merupakan langkah awal yang penting. Kedengarannya mudah namun banyak orang kesulitan memutuskan ke mana hendak pergi sampai akhirnya mereka tidak pernah beranjak dari halaman rumahnya.
Lakukan riset sederhana tentang daerah tujuan. Carilah informasi melalui internet atau pergilah ke perpustakaan atau toko buku dan carilah buku panduan tentang daerah tersebut. Buku atau infomrasi yang bersifat umum lebih baik, misalnya informasi umum tentang kawasan, pulau atau benua yang ingin dikunjungi.
Ceklah informasi terakhir dari Departemen Luar Negeri. Jika berencana melakukan perjalanan ke Afrika, pastikan daerah tujuan Anda tidak sedang dilanda perang saudara. Banyak orang mengabaikan travel warning dari pemerintah. Tidak ada ruginya berhati-hati terhadap ancaman bahaya yang potensial.
Ketika sudah mantap dengan daerah tujuan, tentukan apa yang hendak dilakukan di sana: shopping, trekking, diving, hiking. Hal ini penting karena akan berkaitan dengan aneka perlengkapan yang akan dibawa. Orang sering tergoda melakukan banyak aktivitas namun pertimbangkan kondisi fisik, cuaca, dan waktu yang tersedia. Prakirakan cuaca saat Anda diharapkan berada di daerah tujuan.
Pelajari jenis transportasi ke dan di daerah tujuan, lalu tentukan rute perjalanan. Penentuan rute berkaitan dengan aktivitas dan pilihan moda transportasi.
Pilih penginapan. Untuk orang yang berpedoman bumi adalah rumah dan langit adalah atapnya atau tidur di manapun asal bisa kemanapun, penginapan bukan hal terpenting. Di daerah-daerah tujuan wisata utama di dunia banyak pilihan hostel, losmen, dan guesthouse yang bertarif murah.
Langkah berikutnya adalah menghitung biaya. Ini bagian paling sulit tetapi harus dilakukan. Mulailah dengan menghitung biaya penerbangan, gunakan buku panduan untuk mengetahui berapa biaya penginapan semalam, biaya makan, dan transportasi. Dengan begitu Anda akan punya gambaran kasar tentang biaya yang dibutuhkan. Pastikan anggarannya tidak melampau isi kantong Anda.
Miliki travellers cheques dan kartu kredit, baik juga memiliki uang tunai, khusus untuk kondisi darurat.
Putuskan apakah akan pergi sendirian atau dengan seorang atau dua orang teman. Menurut Mark Moxon, untuk perjalanan pertama, pergi bersama teman merupakan ide yang baik. Khusus untuk perempuan, ketahuilah di sejumlah kawasan atau negara di dunia, perempaun yang jalan sendirian dipandang negatif dan rentan terhadap bahaya. Namun bagaimana pun, keputusan ada di tangan Anda.
Perbaharui vaksin yang butuhkan seperti tetanus, polio, tipus, dan meningitis. Sediakan obat malaria jika daerah yang hendak dikunjungi masih tergolong daerah endemik malaria. Sekarang ini selain teroris, virus juga merupakan ancaman serius bagi turis.
Periksa travel dokumen. Cari tahu di negara mana Anda dituntut untuk memiliki visa masuk. Visa bisa diperoleh on arrival (di bandara/pintu masuk utama) atau di kedutaan negara yang bersangkutan.
Nikmati setiap langkah perjalanan apa adanya. Jangan menaruh harapan muluk-muluk karena Anda bisa saja akan sangat kecewa. Ada orang yang saking kecewanya langsung balik kanan atau berbelok arah. Tidak apa-apa, lebih baik mengakui bahwa perjalanan itu tidak cocok untuk Anda dari pada memaksa terus berjalan dengan suasan hati yang tidak enak. (Moxon.com, Indobackpacker.com/EGP)

31 Desember 2010

Digital DC Motor Speed Control with PID Control(Control Tutorials for Matlab The University of Michigan)

In this page, we will consider the digital control version of DC motor speed problem. A digital DC motor model can be obtained from conversion of the analog model, as we will describe. The controller for this example will be designed by a PID method.

From the Modeling: a DC Motor, the open-loop transfer function for DC motor's speed was derived as:

Where:

*electrical resistance (R) = 1 ohm
*electrical inductance (L) = 0.5 H
*electromotive force constant (Ke=Kt) = 0.01 Nm/Amp
*moment of inertia of the rotor (J) = 0.01 kg*m^2/s^2
*damping ratio of the mechanical system (b) = 0.1 Nms
*input (V): Source Voltage
*output (theta dot): Rotating speed
*The rotor and shaft are assumed to be rigid

The design requirements for 1 rad/sec step input are

  • Settling time: Less than 2 seconds
  • Overshoot: Less than 5%
  • Steady-state error: Less than 1%

Continuous to Discrete Conversion

The first step in designing a discrete control system is to convert the continuous transfer function to a discrete transfer function. Matlab command c2dm will do this for you. The c2dm command requires the following four arguments: the numerator polynomial (num), the denominator polynomial (den), the sampling time (Ts) and the type of hold circuit. In this example, the hold we will use is the zero-order hold ('zoh').

From the design requirement, let the sampling time, Ts equal to 0.12 seconds, which is 1/10 the time constant of a system with a settling time of 2 seconds. Let's create a new m-file and enter the following commands:

    R=1;
    L=0.5;
    Kt=0.01;
    J=0.01;
    b=0.1;

    num = Kt;
    den = [(J*L) (J*R)+(L*b) (R*b)+(Kt^2)];

    Ts = 0.12;
    [numz,denz] = c2dm(num,den,Ts,'zoh')

Running this m-file should return the following:


    numz =

    0 0.0092 0.0057


    denz =

    1.0000 -1.0877 0.2369
From these matrices, the discrete transfer function can be written as:

First, we would like to see what the closed-loop response of the system looks like without any control. If you see the numz matrices shown above, it has one extra zero in the front, we have to get rid of it before closing the loop with the Matlab cloop command. Add the following code into the end of your m-file:

    numz = [numz(2) numz(3)];
    [numz_cl,denz_cl] = cloop(numz,denz);
After you have done this, let's see how the closed-loop step response looks like. The dstep command will generate the vector of discrete output signals and stairs command will connect these signals. Click here for more information. Add the following Matlab code at the end of previous m-file and rerun it.


    [x1] = dstep(numz_cl,denz_cl,101);
    t=0:0.12:12;
    stairs(t,x1)
    xlabel('Time (seconds)')
    ylabel('Velocity (rad/s)')
    title('Stairstep Response:Original')
You should see the following plot:

PID Controller

Recall that the continuous-time transfer function for a PID controller is:

There are several ways for mapping from the s-plane to z-plane. The most accurate one is . We cannot obtain PID transfer function in this way because the discrete-time transfer function would have more zeroes than poles, which is not realizable. Instead we are going to use the bilinear transformation shown as follows:

Thus we can derive the discrete PID controller with bilinear transformation mapping. For more detail derivation of discrete PID controller, see Discrete PID Controller. Equivalently, the c2dm command in Matlab will help you to convert the continuous-time PID compensator to discrete-time PID compensator by using the "tustin" method in this case. The "tustin" method will use bilinear approximation to convert to discrete time of the derivative. According to the PID Design Method for the DC Motor page, Kp = 100, Ki = 200 and Kd = 10 are satisfied the design requirement. We will use all of these gains in this example. Now add the following Matlab commands to your previous m-file and rerun it in Matlab window.

    % Discrete PID controller with bilinear approximation
    Kp = 100;
    Ki = 200;
    Kd = 10;

    [dencz,numcz]=c2dm([1 0],[Kd Kp Ki],Ts,'tustin');
Note that the numerator and denominator in c2dm were reversed above. The reason is that the PID transfer function is not proper. Matlab will not allow this. By switching the numerator and denominator the c2dm command can be fooled into giving the right answer. Let's see if the performance of the closed-loop response with the PID compensator satisfies the design requirements. Now add the following code to the end of your m-file and rerun it. You should get the following close-loop stairstep response.

    numaz = conv(numz,numcz);
    denaz = conv(denz,dencz);
    [numaz_cl,denaz_cl] = cloop(numaz,denaz);

    [x2] = dstep(numaz_cl,denaz_cl,101);
    t=0:0.12:12;
    stairs(t,x2)
    xlabel('Time (seconds)')
    ylabel('Velocity (rad/s)')
    title('Stairstep Response:with PID controller')

As you can see from the above plot, the closed-loop response of the system is unstable. Therefore there must be something wrong with compensated system. So we should take a look at root locus of the compensated system. Let's add the following Matlab command into the end of your m-file and rerun it.

    rlocus(numaz,denaz)
    title('Root Locus of Compensated System')

From this root-locus plot, we see that the denominator of the PID controller has a pole at -1 in the z-plane. We know that if a pole of a system is outside the unit circle, the system will be unstable. This compensated system will always be unstable for any positive gain because there are an even number of poles and zeroes to the right of the pole at -1. Therefore that pole will always move to the left and outside the unit circle. The pole at -1 comes from the compensator, and we can change its location by changing the compensator design. We choose it to cancel the zero at -0.62. This will make the system stable for at least some gains. Furthermore we can choose an appropriate gain from the root locus plot to satisfy the design requirements using rlocfind.Enter the following Matlab code to your m-file.

    dencz = conv([1 -1],[1.6 1])
    numaz = conv(numz,numcz);
    denaz = conv(denz,dencz);

    rlocus(numaz,denaz)
    title('Root Locus of Compensated System');
    [K,poles] = rlocfind(numaz,denaz)
    [numaz_cl,denaz_cl] = cloop(K*numaz,denaz);

    [x3] = dstep(numaz_cl,denaz_cl,101);
    t=0:0.12:12;
    stairs(t,x3)
    xlabel('Time (seconds)')
    ylabel('Velocity (rad/s)')
    title('Stairstep Response:with PID controller')
The new dencz will have a pole at -0.625 instead of -1, which almost cancels the zero of uncompensated system. In the Matlab window, you should see the command asking you to select the point on the root-locus plot. You should click on the plot as the following:

Then Matlab will return the appropriate gain and the corresponding compensated poles, and it will plot the closed-loop compensated response as follows.

The plot shows that the settling time is less than 2 seconds and the percent overshoot is around 3%. In addition, the steady state error is zero. Also, the gain, K, from root locus is 0.2425 which is reasonable. Therefore this response satisfies all of the design requirements.

Tips mempercepat ram komputer tanpa restart windows

Tips membersihkan RAM atau mempercepat RAM komputer tanpa restart windows mungkin bagi para master merupakan hal yang biasa, jadi tips ini buat yang belum biasa aja dech he..he.. Terkadang, komputer kita bakal menjadi lambat setelah beberapa lama dipakai. Apalagi kalo kita banyak menggunakan software yang berat2 seperti Adobe Photoshop, Corel Draw, Sony Soundforge dsb. Biasanya setelah kita pakai aplikasi tersebut, komputer kita terasa lambat. Kemungkinan itu terjadi karena masih ada bekas data yang tersimpan dalam RAM, sehingga komputer kita pun jadi lambat. Salah satu cara untuk membersihkan RAM adalah dengan merestart komputer terlebih dahulu. Tapi kayanya ribet banget ya?

Saya punya cara yang lebih simpel yang bisa dilakuin oleh semua kalangan, awam maupun mahir. Perhatikan caranya di bawah ini:

1. Klik kanan mouse di desktop, pilih New - Shortcut.


2. Ketik %windir%\system32\rundll32.exe advapi32.dll,ProcessIdleTasks pada kolom isian yang muncul.


3. Klik Next.


4. Beri nama shortcut tadi, nama yang dapat diberikan bebas sesuai keinginan kamu, atau kamu lewat aja, namanya otomatis jadi rundll32.exe.

5. Klik Finish.


Kapan aja komputer kamu terasa lambat, klik shortcut yang udah kamu buat tadi untuk membersihkan RAM. Sebetulnya prinsip kerjanya mungkin sama aja kaya RAM Booster atau aplikasi sejenisnya, tapi ga kalah ko seperti software2 lainnya. Selamat mencoba, semoga bermanfaat.

12 September 2010

BUKU BARU (2)

Kitab al-Hikam memang tidak asing bagi kaum santri di Nusantara ini. Di berbagai pesantren, jarang—kalau tidak mau dikatakan tidak ada—yang tidak mengkaji kitab al-Hikam. Meski kitab al-Hikam sedikit terasa berat, akan tetapi kalau dikaji dengan seksama, maka dari sana kita akan menemukan banyak hikmah berarti yang disuguhkan pengarangnya.
Ibnu ‘Athaillah (w. 709 H/ 1350 M) yang dikenal sufi, muhaddis, dan faqih memberikan arahan kepada pembaca untuk senantiasa berjalan menuju Allah, lengkap dengan rambu-rambu, peringatan, dorongan dan penggambaran keadaan, tahapan, serta kedudukan ruhani—dengan kedalaman ma’rifat yang dituturkan lewat kalimat-kalimatnya yang singkat dan padat.
Selain itu, Ibnu ‘Athailllah memang merupakan ulama’ yang produktif. Selain al-Hikam, banyak kitab yang ia tulis diantaranya; Miftahu al-Falah, Al-Qasdu al-Mujarrad fi Makrifati al-Ism al-Mufrad, Taju al-Arus al-Hawi li Tadhhib al-Nufus, Unwanu al-Taufiq fi al-Adad al-Thariq, sebuah biografi: Al-Lataif fi manaqib Abi al Abbas al-Mursi wa sayykhihi Abi al-Hasan dan masih banyak lagi kitab lainnya.
Sekarang, mengingat al-Hikam yang sudah ada dan tertulis berabad-abad tahun yang lalu dan tentunya antara konteks dahulu dan sekarang itu berbeda, maka pertanyaan yang mungkin muncul sekarang; masihkan al-Hikam bisa dipakai bahan rujukan pada zaman kita sekarang ini?
Buku “Al-Hikam: Untaian Hikmah Ibnu ‘Athaillah” setebal 299 ini menjawab pertanyaan itu. Dalam buku ini, Imam Sibawaih El-Hasany mengaktualisasikan untaian-untain hikmah yang ada dalam kitab al-Hikam aslinya tanpa harus menguragi pesan yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, semakin tampak dan jelas bahwa al-Hikam memang merupakan kitab yang sangat penting untuk dijadikan rujukan untuk menggapai-Nya.
Buku ini terdiri dari 30 bagian dan berisikan 264 untaian hikmah Ibnu ‘Athaillah. Dari untaian hikmah ke untaian hikmah yang lainnya dalam buku ini disertai ulasan oleh Imam Sibawaih El-Hasany dengan ulasan yang mudah dimengerti dan cocok dengan zaman kita sekarang ini, sehingga al-Hikam tidak terasa “angker”.
Akan hal ini, Izza Rohman Nahrawi dalam pengantarnya menilai bahwa dalam menjelaskan dan mengulas untaian hikmah Ibnu ‘Athaillah ini Imam Sibawaih El-Hasany seolah-olah tidak sedang mensyarahikitab al-Hikam, melainkan menuturkan hikmah-hikmah “sandingan”—yang tak kalah dalamnya—bagi manik-manik hikmah Ibnu ‘Athaillah (hal. 8).
Betapa tidak mau dinilai dan dikatakan seperti itu, buku ini memang benar apa adanya. Coba kita lihat untaian hikmah nomor 141 yang berbunyi; “al-akwanu tsabitatun bi itsbatihi, wa mamhuwwatun biahadiyyati dzatihi” (alam ini ada dengan penetapan Allah, dan ia lenyap dengan keesaan dzat-Nya). Dalam mengulas untain ini, El-Hasany mengulasnya bahwa siapapun setidaknya memenuhi kesadarannya akan wujud-Nya. Sebab tanpa-Nya alam semesta ini tidak akan pernah ada. Dan alam semesta ini bukanlah apa-apa karena sesungguhnya tidak ada sesuatu di sisi ataupun di samping Allah yang maha Esa. Ini berati keadaan alam yang tampak stabil dan konstan ini adalah cerminan kekekalan Allah. Merenunglah tentang ciptaan-Nya, maka engkau akan makin mengenal-Nya (hal. 167).
Akhir kata, buku ini merupakan buku yang cocok untuk dibaca oleh semua kalangan, tidak hanya mereka yang suka tasawuf. Melainkan mereka yang mendambakan olah batin secara umum. Apalagi dewasa ini, masyatakat kita, sedang kelaparan dan kekurangan energi pencerah mata batin, termasuk mereka yang duduk di atas sana. Untuk itu, buku ini sangat cocok untuk dijadikan bahan bacaan dan rujukan pendamping kita.

13 Agustus 2010

OS ane Ubuntu 9.04

Berhubung ane sekarang menggunakan Ubuntu 9.04, maka judul kali ini saya ubah menjadi "OS ane Ubuntu 9.04 "

Pertama ane akan menjelaskan makna dari pemberian nama ubuntu. Ubuntu adalah ideologi etis Afrika Selatan yang berpusat pada kesetiaan masyarakat dan hubungan antara satu sama lain.
Terjemahan singkat dari makna Ubuntu adalah "rasa perikemanusiaan terhadap orang lain". Terjemahan lainnya yaitu: "kepercayaan atas ikatan universal untuk saling berbagi yang menghubungkan seluruh umat manusia".

Ubuntu adalah salah satu distribusi Linux yang berbasiskan pada Debian dan memiliki interface desktop. Proyek Ubuntu disponsori oleh Canonical Ltd (perusahaan milik Mark Shuttleworth). Ubuntu adalah [sistem operasi] lengkap berbasis Linux, tersedia secara bebas dan mempunyai dukungan baik yang berasal dari komunitas maupun tenaga ahli profesional.

Komunitas Ubuntu dibentuk berdasarkan gagasan yang terdapat di dalam filosofi Ubuntu:
  • Bahwa perangkat lunak harus tersedia dengan bebas biaya
  • Bahwa aplikasi perangkat lunak tersebut harus dapat digunakan dalam bahasa lokal masing-masing dan untuk orang-orang yang mempunyai keterbatasan fisik, dan
  • Bahwa pengguna harus mempunyai kebebasan untuk mengubah perangkat lunak
Setiap rilis mempunyai nama kode dan nomor versi. Nomor versi berdasarkan tahun dan bulan dari rilis. Sebagai contoh, rilis Ubuntu yang pertama, 4.10, dirilis tanggal 20 Oktober 2004. Rilis ubuntu keluar setiap 6 bulan sekali tiap bulan April dan Oktober. Rilis ubuntu biasanya terdiri dari berbagai edisi, yaitu edisi Desktop, Server, dan Netbook. Perbedaan mendasar pada ketiganya adalah pada versi desktop terdapat tampilan desktop manager sedangkan pada edisi server tidak ada, hanya command prompt saja.



Apa sih yang membuat ane tertarik sama ubuntu selain OS nya yang free dan dapat dibajak sesuka hati. Adalah Fitur-fitur tambahan dari ubuntu yang membuat ane ngerasa bahwa dengan OS gratis ini ane bisa bekerja dengan software-software gratis yang prinsip kerja dan performansinya hampir sama dengan software-software asli berbayar. Bisa ane tunjukkan beberapa fitur pada ubuntu 9.04.

Ada aplikasi GIMP untuk desain grafis, fitur-fiturnya hampir mirip sama sotoshop. Ya 11 12 lah, hehe.



Untuk office ubuntu sudah include dengan open office yang dulu dikembangkan oleh Sun Microsystem dan sekarang diambil alih oleh Oracle. Untuk word ada Open office word processor, excel ada Open office spreedsheet, untuk keperluan presentasi ada Open office presentation, dan untuk keperluan gambar-menggambar seperti corel draw ada Open office draw. Dan masih banyak lagi aplikasi bawaan dari ubuntu yang menarik untuk saya bahas. kamu wajib coba nih, biar tau aplikasi-aplikasi apa aja yang ada di ubuntu yang temen-temen temuin di OS asli berbayar atau gratis tapi pake crack dsb punya temen-temen. Bar seru, ane ga ngebahas smuanya di blog ini.



Ane bakal nunjukin desktopnya yang keren, 11 12 lah sama OS bikinan perusahaan yang berlogo buah apel bekas gigitan.








Sekian pembahasan mengenai OS yang sedang ane pake sekarang. Bila ada salah-salah kata ane minta maaf dan kalau bisa biasakanlah ngasih komeng yang membangun buat blog ane ini. Smoga bermanfaat bagi temen-temen semua.






31 Juli 2010

Lensa ku

Assalamu`alaykum wr. wb

Perkenalkan ini Lensa pertama ku. Canon EF 50 mm 1:1.8 mk II namanya. Lensa ini termasuk di dalam jajaran lensa fix, apa itu lensa fix? (ini linkny).
Dari segi harga lensa ini tergolong amat sangat murah bila dibandingkan dengan lensa EF dan EFS lain, dengan bujet 850rb (singapore warranty) dan 900rb (garansi DS) ini lensa udah bisa di pake buat jeprat-jepret tanpa ada status utang. Walaupun lensa ini tergolong murah tapi kualitasny gak murahan, kelebihan dan kekurangan lensa ini sudah pernah dibahas dalam majalah exposure edisi 18 (download 18). Dengan nilai f/1.8 untuk foto di tempat yang kurang cahaya pun ga akan jadi masalah, cuma ruang tajam nya akan semakin sempit, memperluas ruang tajam juga akan mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk karena diafragma akan semakin mengecil. Jadi butuh kesabaran agar gambar tidak goyang/blur. Keuntungan menggunakan ruang tajam yang sempit adalah ketika kita memotert model dari jarak dekat akan tampak sekeliling model tersebut ngeblur dan tajam hanya pada objek, teknik semacam ini sering disebut "Bokeh". Cuma yang saya sayangkan lensa ini susah buat foto landscape, dengan focal length 50mm di kali dengan crop factor kamera ku (Canon EOS 450D) sebesar 1,6 sehingga focal length sebenarnya menjadi 80mm. cukup susah bila objek kita berjarak dekat dengan kita, sehingga kita harus mengambil jarak yang lumayan jauh. Capek juga ya, mesti maju mundur buat motret. Itu salah satu kekurangan menggunakan lensa fix (prime lense). Tapi semua itu akan terbayar dengan hasilnya yang ga bisa dianggap remeh dan bisa disetarakan dengan lensa Canon EF L(luxury)series.

Contoh hasil jepretan Canon EOS 450D, EF 50mm 1:1.8 mk II lense

foto Keluarga ku di Semarang.